Suku Pakpak merupakan salah satu suku asli yang mendiami wilayah barat laut Provinsi Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Pakpak Bharat dan sekitarnya. Sebagai bagian dari masyarakat Batak, Suku Pakpak memiliki budaya yang kaya, termasuk dalam hal kuliner. Makanan khas Suku Pakpak mencerminkan kedekatan mereka dengan alam, penggunaan rempah-rempah lokal, serta kebiasaan hidup yang sederhana namun penuh makna.
Ciri khas utama dari masakan Pakpak terletak pada penggunaan bahan alami, seperti rempah-rempah hutan, umbi-umbian, dan daging hasil ternak sendiri. Salah satu makanan tradisional yang paling terkenal adalah pinemun, yaitu masakan berkuah yang menggunakan rempah khas hutan seperti andaliman dan asam cikala (buah kecombrang). Daging yang digunakan bisa berupa daging ayam, ikan, atau babi, tergantung dari acara dan ketersediaan bahan. Rasa dari pinemun sangat khas: pedas, asam, dan segar — mencerminkan karakter kuat masyarakat Pakpak.
Selain pinemun, ada juga dali ni horbo, yaitu susu kerbau yang dimasak hingga menggumpal seperti tahu. Meskipun makanan ini juga dikenal di kalangan Batak Toba, masyarakat Pakpak memiliki versi tersendiri dengan bumbu yang lebih sederhana. Dali ni horbo biasanya disajikan sebagai lauk pendamping nasi dan sangat kaya akan protein.
Masyarakat Pakpak juga gemar mengonsumsi makanan berbahan dasar ubi, jagung, dan beras merah. Ini dikarenakan wilayah mereka yang berbukit dan memiliki lahan pertanian yang subur, memungkinkan mereka menanam berbagai jenis umbi dan padi lokal. Makanan seperti ombus-ombus, yakni kue kukus dari tepung beras berisi gula merah yang dibungkus daun pisang, menjadi camilan khas yang disukai banyak kalangan.
Tak kalah penting dalam kuliner Pakpak adalah sambal tradisional seperti tuktuk, yang terbuat dari ikan kering yang ditumbuk dengan cabai dan rempah-rempah. Tuktuk memberikan rasa gurih dan pedas yang sangat cocok dinikmati bersama nasi hangat dan lalapan.
Makanan khas Suku Pakpak tidak hanya berfungsi sebagai santapan, tetapi juga memiliki nilai simbolis, terutama dalam upacara adat seperti pernikahan, kematian, dan ritual keagamaan. Daging babi dan kerbau sering dimasak secara khusus untuk acara adat dan dibagikan kepada keluarga besar sebagai simbol persatuan dan penghormatan terhadap leluhur.
Walaupun belum sepopuler kuliner dari suku lain di Indonesia, makanan khas Pakpak memiliki kekayaan rasa dan budaya yang luar biasa. Dengan mempertahankan resep-resep turun-temurun, masyarakat Pakpak menjaga warisan kuliner mereka tetap hidup di tengah modernisasi.
Kesimpulan:
Makanan khas Suku Pakpak mencerminkan kekayaan alam, budaya, dan tradisi leluhur yang masih terjaga hingga kini. Dengan bahan-bahan alami seperti rempah hutan, umbi-umbian, dan daging ternak, kuliner Pakpak menyuguhkan cita rasa khas yang kuat dan autentik. Hidangan seperti pinemun, dali ni horbo, dan tuktuk tidak hanya lezat, tetapi juga sarat makna dalam kehidupan sosial dan upacara adat masyarakat Pakpak. Melalui kuliner tradisional ini, kita dapat memahami identitas budaya Suku Pakpak dan pentingnya menjaga warisan leluhur di tengah arus modernisasi.